Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Suryati dan Harapan Para Pemulung TPA Air Sebakul

0de14c0f-94cf-4f35-ac76-9ff06526741fBENGKULU, PB - Suryati, 60 tahun, sehari-hari bekerja mengais rejeki dari sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Sebakul, Kota Bengkulu. Di usianya yang sudah begitu renta ia tetap bergumal dibawah terik matahari dan limbah-limbah yang membawa penyakit. Perasaannya serasa berakhir di tempat pembuangan sampah itu.

Baca juga: Pengembangan TPA Fokus Pembebasan Lahan

Meski Suryati mengaku telah cukup tahan dengan cuaca dan aroma busuk yang menyegat, ia tak punya pilihan lain untuk menyambung hidup. Rezeki dari TPA Air Sebakul adalah satu-satunya tempat untuk membesarkan keluarganya. Kadang ia mengeluhkan sakit maag kronisnya yang menyerang sewaktu-waktu kambuh.

"Sudah 18 tahun saya kerja disini. Kalau maaq sedang kambuh, saya ngak bisa kerja. Obat-obatan juga susah mau beli kalo ngak kerja. Kemarin saya baru saja luka terkena beling karna ngak tahu obatnya jadi cuma dibersihkan terus diikat kain," cerita Suryati.

Kisah Suryati adalah satu dari puluhan pemulung di tempat itu bernasib sama. Mereka berharap adanya tangan dermawan dari pemerintah, seperti juga warga kota lainnya merasakan fasilitas kesehatan yang layak. Dengan kondisi tempat bekerja yang mengundang penyakit, para pemulung setiap saat membutuhkan obat-obatan.

Di tempat sampah yang seluas 5 hektare itu berbagai penyakit sudah lumrah dirasakan para pemulung, mulai dari tetanus, diare, influenza, Demam Berdarah Deque, dan bahkan TBC. Para pemulung bahkan banyak yang bekerja tanpa masker, tanpa sarung tangan, dengan sepatu yang sudah tak layak.

Para pemulung sudah terbiasa menyantap makanan di tempat berbau itu, dan kue-kue yang sudah bercampur debu sudah lasim dikonsumsi bersama.

"Dulu itu ada mahasiswa yang kuliah perawat kesini. Mereka bawa obat dan bantu cek kesehatan gratis. Kami kumpul di rumah pak RT kalau mau dicek. Sekarang sudah lama ngak ada lagi." kata Suryati dengan raut tertunduk.

Mereka berharap perhatian Pemerintah baik kota dan provinsi untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan, baik penyuluhan, pemeriksaan hingga perwatan secara berkala bagi para pemulung tersebut.

"Kerja di tempat seperti ini kan memang ngak bersih, ngak sehat, tapi ya mau gimana lagi, kami cuma berharap sehat saja." harap Suryati. [Valentina]