Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Menengok Perkembangan Masjid 'Helmi Hasan' di Eks Lokalisasi Pulau Baai

Masjid di Pusat Prostitusi (1)Diresmikan Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan pada tanggal 6 Januari 2014, Masjid At-Taubah di kawasan Ekslokalisasi Pulau Baai masih menjadi satu-satunya tempat dimana ajaran Allah disiarkan di kawasan itu. Meski berada di pusat prostitusi terbesar di Kota Bengkulu, namun berbagai ritual ibadah kepada Tuhan Yang Maha Penyanyang di tempat ini terus berlangsung, dari orang dewasa, hingga anak-anak.

ZEFPRON SAPUTRA, Kota Bengkulu

ANGIN dari arah laut Samudera Hindia bertiup kencang siang itu. Jalan menuju Esklokalisasi Pulau Baai di RT 8 Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu masih dipenuhi kerikil tajam dan tanah liat sepanjang hampir dua kilometer. Rawa-rawa mengelilingi tempat pelacuran yang bersebelahan dengan pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo II Cabang Bengkulu ini.

Baca juga : 2019, Indonesia Bebas Prostitusi

Masjid At-Taubah berada tepat di depan gerbang pintu masuk Ekslokalisasi Pulau Baai. Dengan ukuran 5X6 meter persegi, masjid ini dibangun dengan dana APBD Kota Bengkulu Tahun 2013. Uniknya, masjid ini diusulkan oleh pekerja seks komersil (PSK), mereka yang menjajakan cintanya di kawasan gersang ini pada malam hari.

"Sampaikan kebenaran itu walau hanya satu ayat," kata guru ngaji Masjid At-Taubah, Abdul Rasyid, ketika memulai pembicaraan saat ditemui di kediamannya yang bersebelahan dengan masjid tersebut, Rabu (24/2/2016).

Saat percapakan berlangsung, sesekali Abdul Rasyid melirik aktifitas kehidupan di luar rumahnya dari jendela rumah. Tanpa disadarinya, seorang PSK berbaju tunik tipis tampak sedang membeli sesuatu di warung makan yang tak jauh dari rumahnya. Ketika angin bertiup, rok PSK itu tersibak. Abdul Rasyid langsung memalingkan muka.

Baca juga : MUI Tolak Ide Legalkan Prostitusi di Bengkulu

"Beberapa waktu yang lalu kami sudah mewisuda sebanyak 48 orang murid dan mendapat sertifikat yang di tandatangani langsung oleh Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan," ujarnya melanjutkan percapakan yang sempat terhenti.

Abdul Rasyid merasa senang selama tiga tahun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Masjid At-Taubah. Dikepung kemaksiatan yang terjadi disekelilingnya, tak membuat langkahnya surut. Untuk menghidupkan masjid, ia membuat program yang dapat menarik minat anak-anak yang tinggal di kawasan tersebut.

"Sudah ada 58 anak yang aktif belajar mengaji di masjid ini. Tapi ada juga yang daftar terus hilang, seiring lalu lintas PSK disini yang keluar masuk. Kita tanamkan kepada mereka bahwa kemungkaran selalu berdampak buruk terhadap kita. Bila orangtuanya masuk neraka, anak-anaknya harus membantu mereka bertaubat. Tapi semua butuh proses," imbuhnya dengan nafas panjang.

Suatu kali pernah Abdul Rasyid ditinggalkan oleh hampir seluruh anak-anak yang mengaji. Namun ia tak kehabisan akal. Ia menciptakan kompetisi sepak bola. Dan hanya mereka yang mau ikut mengaji yang bisa masuk dalam tim sepakbola yang ia bentuk.

Baca juga : Jemput Bola Tanggulangi HIV/Aids

"Selain belajar membaca Al-Qur'an dengan mengaji, juga diajarkan tata cara shalat. Adzan bagi laki-laki, hafalan surat pendek, cara bersuci, kisah para Nabi serta motivasi belajar," ucap mantan Imam Masjid Nurul Bahari Kampung Bahari Kampung Melayu ini.

Abdul Rasyid menuturkan, Masjid At-Taubah tak pernah kosong. Ketika adzan Jum'at berkumandang, sekira 30 orang datang membuat masjid yang kecil itu tampak penuh sesak. Mereka adalah warga sekitar. Sebagian adalah orang yang gemar memancing di kawasan itu.

Baca juga : Dinsos: Prostitusi Kota Bengkulu Secara Resmi Sudah Bersih

"Kalau ditambah dengan anak-anak, masjid ini benar-benar penuh ketika shalat Jum'at. Kalau magrib dan isya jamaah juga ada yang datang ke masjid. Tapi tetap yang dominan adalah anak-anak," tuturnya.

Abdul Rasyid tak pernah tahu sebatas mana kemampuannya mempertahankan syiar agama Allah di Masjid At-Taubah. Namun ia optimis, cahaya yang dipancarkan melalui masjid ini pasti perlahan-lahan dapat menyinari kegelapan yang menyelimuti kawasan ekslokalisasi.

"Saya bertekad memperbaiki akhlak anak-anak PSK disini. Ingatan mereka masih bersih. Ketika dewasa, mereka pasti sadar bahwa hidup mereka di dunia ini hanya sebentar saja untuk kemudian mati dan disiksa bila banyak dosa, banjir karunia bila banyak pahala. Kita tidak pernah tahu Allah menurunkan hidayah-Nya melalui siapa. Kita harus tetap berusaha," tutupnya sembari menuju masjid untuk mengumandangkan adzah Zuhur. [**]