Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Ridwan Mukti dan Helmi Hasan di Tanah Pembuangan Soekarno

walikota-HELMI HASAN (2)soekarno_restored_and_colored_by_elleven11-d6ieu67220120927ridwan-mukti-2

*Revolusionanda

KEDUANYA tidak dilahirkan di Bengkulu. Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti lahir di Lubuk Linggau Sumatera Selatan pada 21 Mei 1963. Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan dilahirkan di Lampung, 29 November 1979. Namun, baik Ridwan Mukti maupun Helmi Hasan, mempunyai tipologi yang sama dalam memimpin Bengkulu, tanah tempat dimana Presiden RI pertama Soekarno dahulu pernah dibuang.

Ridwan Mukti dan Helmi Hasan sama-sama berangkat dari organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ridwan Mukti tercatat sebagai Ketua Dewan Pakar KAHMI Sumatera Selatan. Helmi sendiri ketika mahasiswa kerap memimpin aksi-aksi demonstrasi reformasi. Sebagai organisasi, HMI selalu tampil di garda terdepan gelombang pergerakan yang mengguncang zaman.

Ridwan Mukti dan Helmi Hasan sama-sama menolak mobil mewah sebagai kendaraan dinasnya. Semula, pemerintah telah menyediakan anggaran yang cukup untuk membelikan Ridwan Mukti mobil sekelas Toyota Alphard yang tarifnya Rp 800 juta sampai dengan Rp 1,6 miliar. Tapi Ridwan justru hanya mengambil mobil dinas sekelas Toyota Fortuner yang tarifnya hanya Rp 500 juta.

Sementara Helmi Hasan konsiten menggunakan Toyota Innova dengan harga Rp 265 juta. Saat Pemerintah Kota sanggup menganggarkan pengadaan Toyota Alphard untuk Helmi pada akhir tahun 2015 silam, dia justru meminta agar anggaran itu dibelikan buat truk sampah multiguna, persis seperti yang ia lihat ketika mengunjungi Sulawesi Selatan.

Ridwan Mukti dan Helmi Hasan sama-sama menginginkan postur APBD lebih banyak dialokasikan untuk rakyat. Seperti yang disampaikan Ridwan sendiri pada 8 November 2014 silam di Hotel Horizon. Menurutnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menilai rasio anggaran APBD Bengkulu terlalu condong untuk birokrasi ketimbang untuk rakyat. Ridwan ingin membalik rasio tersebut.

Sementara Helmi Hasan, selama tiga tahun menolak penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) agar APBD tidak terus menerus disedot oleh birokrasi. Dengan penghematan belanja pegawai, Helmi mampu mengalokasikan Rp 13,6 miliar Dana Bergulir Satu Miliar Satu Kelurahan (Samisake) dan puluhan miliar anggaran pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bengkulu.

Ridwan Mukti dan Helmi Hasan sama-sama memiliki kehidupan yang religius. Saat Helmi mendeklarasikan program shalat berjamaah dengan stimulus hadiah pada awal tahun 2014 silam, Ridwan Mukti merupakan pemimpin yang paling pertama mendukung program tersebut dengan menghibahkan mobil Toyota Agya. Keduanya sama-sama yakin, kegelapan dapat sirna dengan cahaya.

Saat ini, kepemimpinan keduanya diuji. Indonesia telah menginjak era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Mengangkat daya saing Bengkulu di tengah-tengah masyarakat ASEAN, memberantas kemiskinan yang masih merajalela serta mendongkrak pendapatan daerah agar Bengkulu tidak selalu bertumpu dengan kebaikan hati pemerintah pusat dalam mengucurkan anggaran, merupakan tantangan-tantangan yang diharapkan oleh rakyat Bengkulu dapat dipecahkan bersama-sama.

Kita yakin, Ridwan Mukti dan Helmi Hasan merupakan sosok pemimpin yang mampu menciptakan persatuan diantara orang-orang baik, mirip-mirip seperti Soekarno dulu. Keduanya didukung oleh partai-partai kampiun yang membuat mereka sulit diganggu oleh kegaduhan di ranah legislatif. Dengan kekompakkan keduanya, kita optimis Bengkulu dapat menjadi daerah yang termaju di Sumatera, bahkan di Indonesia.

Kita tidak mau mendengar ada ribut-ribut mengenai pengelolaan Pantai Panjang, Pulau Tikus, Taman Remaja, Danau Dendam Tak Sudah, Terminal Air Sebakul dan kekisruhan aset-aset lainnya. Sebagai ibukota, pusat administrasi pemerintahan, sudah selayaknya Gubernur Ridwan Mukti bekerjasama secara erat dengan Wali Kota Helmi Hasan untuk menciptakan Kota Bengkulu yang makmur, adil, sejahtera dan indah dipandang mata.

Masih jauh kalau ingin menyamakan antara Ridwan Mukti dan Helmi Hasan dengan Soekarno. Bung Karno, demikian julukan yang ia dapatkan dari Bengkulu, mampu membebaskan rakyat Indonesia dari rasa inferior, atau rendah diri dihadapan bangsa-bangsa asing. Bung Karno mampu menyatukan rakyat Indonesia, apapun aliran politik, apapun agamanya, apapun etnisnya, tanpa meneteskan setetes darah pun.

Bung Karno, memberikan semua bagi negerinya, entah kedudukan, karir politik bahkan nyawanya demi persatuan, kesatuan dan perdamaian bangsanya. Bung Karno adalah jurnalis berpena tajam. Ia telah menuliskan ribuan artikel yang menggugah zamannya. Penjara dan pembuangan sekalipun tak membuatnya berhenti menulis.

Bung Karno adalah politikus hebat, seluruh hidupnya ia abdikan untuk mewariskan pemikiran-pemikiran besar, yang berguna bagi bangsa ini hingga sekarang. Namanya berdiri sejajar dengan negarawan-negawaran besar seperti Mahatma Gandhi dan Zhou Enlai. Ia mampu menyatukan tiga aliran politik, yakni nasionalis, agamais dan marxis, untuk membangkit semangat anti penjajahan dalam sanubari rakyat Indonesia.

Pun demikian, tantangan yang dihadapi oleh Gubernur Ridwan Mukti dan Wali Kota Helmi Hasan tak jauh beratnya dengan tantangan yang dihadapi oleh Bung Karno waktu dulu. Kehidupan yang lebih buruk bisa dialami oleh rakyat saat ini ketimbang masa Bung Karno dulu bila pemerintah tidak mampu menghadapi arus barang-barang berkualitas dan para tenaga kerja profesional yang akan menyerbu masuk melalui MEA. Apakah Ridwan dan Helmi mampu menghadapi tantangan ini bersama-sama? Semoga.

*Penggemar Bung Karno, tinggal di Kota Bengkulu