Program 80.000 Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih adalah sebuah ambisi besar yang patut diapresiasi. Target operasional penuh pada Maret 2026 menunjukkan keseriusan pemerintah dalam membangun ekonomi kerakyatan. Namun, muncul pertanyaan penting: Mengapa Alfamart dan Indomaret, yang jumlah gerainya bahkan tidak mencapai setengah dari Kopdes, bisa begitu terasa kehadirannya di seluruh pelosok negeri, sementara 80.000 Kopdes seolah "tidak terlihat"?
Kuncinya bukan sekadar pada jumlah, tetapi pada semangat yang menggerakkannya.
Alfamart dan Indomaret tumbuh pesat karena didukung oleh mesin bisnis yang kuat: pengelola dengan pola pikir pengusaha, sistem yang terstandarisasi, dan manajemen yang profesional. Setiap manajer atau pemilik waralaba memiliki motivasi untuk mencari keuntungan, melayani konsumen dengan baik, dan terus mengembangkan usahanya. Mereka adalah entrepreneur sejati.
Di sisi lain, Kopdes Merah Putih, meski dengan niat baik dari semua pihak, berisiko menjadi sekadar "proyek fisik"—membangun gerai dan menyalurkan modal tanpa mengisi "jiwa" yang menghidupkannya. Fokus pada kuantitas 80.000 unit perlu diimbangi dengan perhatian pada kualitas SDM pengelolanya. Tanpa perubahan mental dari "mental pekerja" yang menunggu perintah menjadi "mental pengusaha" yang proaktif, Kopdes akan tetap menjadi potensi besar yang belum termanfaatkan.
Lalu, Apa Solusinya?
Inilah fokus utama MQG Training. Kami hadir untuk menjawab tantangan terbesar program ini: mencetak 80.000 'Koperpreneur'—pengelola koperasi yang memiliki jiwa wirausaha.
Kami menawarkan lebih dari sekadar pelatihan. Kami memberikan transformasi pola pikir dan kompetensi yang akan membuat Kopdes Merah Putih benar-benar hidup dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Strategi Solusi MQG Training: Menciptakan "Efek Alfamart" untuk Kopdes Merah Putih
1. Menanamkan "Pola Pikir Waralaba": Kami melatih para pengelola untuk berpikir seperti pemilik waralaba. Mereka bukan hanya pengurus, tetapi pemilik usaha yang bertanggung jawab penuh atas kesuksesan Kopdes di desa mereka. Mereka akan belajar memahami target, memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, dan berpikir kreatif untuk meningkatkan keuntungan.
2. Membangun Standar Pelayanan Dasar: Kesan pertama sangat penting. Kami membekali pengelola dengan SOP pelayanan dasar retail modern (Senyum, Salam, Sapa), manajemen toko sederhana, dan kemampuan komunikasi untuk membangun hubungan baik dengan pelanggan. Hal-hal sederhana inilah yang membuat Alfamart terasa profesional dan terpercaya.
3. Pelatihan Berbasis Aksi: Program kami dirancang agar peserta langsung praktik. Modul seperti "Hari Pertama Buka Toko" dan "Jago Jualan di Desa Sendiri" memastikan ilmu yang didapat langsung diterapkan untuk membangun momentum usaha sejak awal.
4. Menumbuhkan "Jiwa Merah Putih": Kami membantu menanamkan rasa bangga bahwa mengelola Kopdes adalah tugas mulia untuk memajukan desa sendiri. Ini adalah brand identity yang kuat dan tidak dimiliki oleh korporasi lain.
Ajakan Kolaborasi untuk Pemerintah
Kepada Bapak Menteri Koperasi dan seluruh jajaran Satgas Percepatan Pembentukan Kopdes/Kel Merah Putih yang terhormat,
Pembangunan infrastruktur dan penyediaan modal adalah fondasi penting bagi program ini. Namun, pelatihan SDM dan transformasi pola pikir adalah jiwanya. Keduanya harus berjalan seiring.
MQG Training siap menjadi mitra strategis pemerintah untuk mengubah 80.000 "gerbong kosong" menjadi "lokomotif ekonomi" yang nyata. Dengan kolaborasi ini, target Maret 2026 bukan hanya tentang bangunan yang selesai, tetapi tentang 80.000 koperasi yang benar-benar HIDUP, berkembang, dan menjadi kebanggaan masyarakat desa.
Mari kita wujudkan ekonomi kerakyatan berbasis gotong royong yang kuat dan terlihat, seperti halnya korporasi modern, dengan dukungan SDM yang unggul dan berjiwa entrepreneur. Wallahu a'lam.
BSD City, 24 Oktober 2925
Saeed Kamyabi
Founder MQG Training
