Ijtima Tabligh di Tongi, Bangladesh, adalah salah satu pertemuan keagamaan terbesar di dunia. Setiap tahunnya, jutaan orang dari berbagai penjuru dunia berkumpul di tepi Sungai Turag, dekat kota Dhaka, dalam suasana penuh keimanan, kesederhanaan, dan keteraturan yang menakjubkan. Pertemuan ini telah berlangsung rutin sejak tahun 1946, menjadikannya tradisi tahunan yang terus menginspirasi umat Islam di seluruh dunia.
Salah satu keistimewaan dari Ijtima Tongi adalah sistem khittah—yakni sistem pembagian kelompok yang sangat rapi, efisien, dan mandiri. Setiap khittah terdiri dari sekitar 100 orang, biasanya berasal dari satu daerah atau provinsi yang sama. Mereka datang sebagai satu kesatuan, saling mengenal, dan sudah tahu di mana tempat mereka berkumpul karena sebelumnya telah ditentukan dengan nomor khittah oleh panitia.
Masing-masing khittah bertanggung jawab atas segala kebutuhan anggotanya, termasuk makan dan minum. Setiap orang membawa bekal masing-masing untuk konsumsi selama 3 hari pelaksanaan Ijtima. Inilah keindahannya—walaupun yang hadir jutaan orang, tidak terlihat tumpukan logistik seperti beras, daging, ikan, atau sayuran di satu titik, karena semuanya terdistribusi secara mandiri dan merata ke dalam tiap khittah yang memasak untuk kelompoknya sendiri.
Panitia pusat tidak perlu menyediakan konsumsi massal. Mereka hanya fokus menyediakan tenda umum sederhana untuk tempat bermalam dan shalat, serta fasilitas penunjang seperti ribuan toilet yang tersebar tidak jauh dari lokasi khittah, serta pasar rakyat di seberang jalan untuk keperluan tambahan para peserta.
Sistem ini bukan hanya efisien, tetapi juga mendidik kemandirian, kedisiplinan, dan ukhuwah yang sangat tinggi. Semua berjalan nyaris tanpa kegaduhan, tanpa sampah berserakan, dan dengan kekhusyukan yang luar biasa.
Inspirasi untuk Bengkulu dan Indonesia
Semoga sistem khittah Tongi ini bisa menjadi inspirasi besar bagi acara Tabligh Akbar Indonesia Berdo'a yang akan digelar di Bengkulu pada 28–30 November 2025. Diharapkan jutaan orang dari seluruh Indonesia bahkan mancanegara akan hadir. Dengan mengadopsi sistem khittah:
* Setiap daerah bisa membentuk kelompok 100 orang,
* Membawa bekal dan peralatan masak masing-masing,
* Panitia cukup memfasilitasi tenda, nomor khittah, WC, dan pasar kecil,
* Sistem menjadi ringan namun tetap tertib dan spiritual.
Inilah model logistik berbasis tauhid dan jama’ah, bukan sekadar manajemen modern, melainkan perpaduan antara kesederhanaan, ketertiban, dan keberkahan.
Semoga Allah mudahkan ikhtiar ini, dan Bengkulu menjadi tuan rumah yang diberkahi untuk gerakan doa dan perubahan umat.
Saeed Kamyabi
Pernah hadir lebih dari 10x di Ijtima Bangladesh
.jpg)
