Salah satu aspirasi paling mendesak adalah permintaan pembangunan sekolah tingkat SMP di kawasan perbatasan Kampung Melayu–Selebar. Warga menilai lokasi tersebut sangat strategis karena terdapat lahan berstatus HGU yang telah selesai prosesnya dengan luas lebih dari 1 hektare, cukup untuk pembangunan satu kompleks sekolah.
“Kami berharap pemerintah provinsi maupun kota bisa memanfaatkan lahan itu untuk membangun SMP. Kami sangat kekurangan sekolah di sini, sehingga anak-anak tidak perlu jauh-jauh mencari sekolah ke wilayah lain,” ujar salah seorang warga.
Tak hanya pendidikan, persoalan layanan kesehatan juga mendominasi aspirasi masyarakat. Warga menilai pelayanan menggunakan BPJS sudah cukup baik dari sisi sistem, namun praktik pelayanan di rumah sakit dan puskesmas dinilai belum maksimal, terutama bagi kalangan lansia.
“BPJS-nya sudah bagus, tapi pelayanannya kadang tidak sesuai. Lansia butuh pendampingan saat berobat ke rumah sakit,” ungkap warga.
Politisi Partai NasDem ini mengakui bahwa keluhan pelayanan kesehatan menjadi isu paling dominan dalam reses yang digelarnya. Ia menegaskan akan membawa persoalan tersebut ke pemerintah daerah agar kualitas layanan kesehatan benar-benar dirasakan masyarakat.
Keluhan berikutnya datang dari sektor air bersih dan kelistrikan. Warga mengeluhkan suplai air PDAM yang kerap mati hingga hampir sepekan. Saat air mengalir, kondisinya sering berwarna kuning bahkan hitam.
“Air ini berbayar, tapi kualitasnya seperti ini. Bagaimana bisa kami konsumsi kalau keruh?” keluh warga.
Masalah listrik padam juga menjadi sorotan karena menyebabkan kerusakan peralatan rumah tangga dan mengganggu aktivitas masyarakat.
Menutup kegiatan reses, Baidari Citra Dewi berkomitmen untuk menindaklanjuti seluruh aspirasi tersebut kepada Wali Kota Bengkulu dan Gubernur Bengkulu.
“Pendidikan, kesehatan, air bersih, dan listrik adalah kebutuhan dasar yang harus ditingkatkan demi kenyamanan masyarakat,” tegasnya. (Adv)
